Setiap hari sampah sisa makanan berakhir pada tempat pembuangan akhir (TPA). Sisa makanan yang masih mengandung banyak senyawa organik ini sebaiknya diolah menjadi pupuk organik yang bermanfaat bagi tanaman.
Permasalahan Besar yang sedang Dihadapi Indonesia
Dari total 31,13 juta ton sampah yang dibuang pada tahun 2022, sampah sisa makanan berada pada peringkat teratas dengan menyumbang 41,55% atau setara 13 juta ton.
Sisa makanan yang berakhir di TPA menyebabkan kerugian materiil maupun lingkungan. Untuk menghasilkan sebuah bahan makanan diperlukan berbagai sumber energi, seperti air dan bahan bakar. Dengan membuang sisa makanan sama saja dengan membuat energi yang telah dikeluarkan terbuang sia-sia.
Tidak hanya secara materiil, kerugian terbesar dari pembuangan sisa makanan adalah pengaruhnya terhadap lingkungan. Sisa makanan yang mudah terurai dan membusuk bisa menghasilkan gas metana yang menyebabkan efek rumah kaca.
Dilansir dari WWF, jika makanan tidak disia-siakan begitu saja, kita dapat mengurangi 6% sampai 8% dari emisi gas rumah kaca. Tidak ada salahnya untuk turut serta mengurangi sampah sisa makanan dengan mengolahnya menjadi pupuk organik.
Mengapa Pupuk Organik Lebih Baik?
Pupuk organik adalah pupuk yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik, seperti bagian tumbuhan dan juga hewan, agar berubah menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga nutrisinya dapat diserap oleh tanah dan tanaman.
Penggunaan pupuk kimia secara berlebihan turut menguras unsur-unsur hara dan bakteri baik pada tanah. Akibatnya, butuh dosis pupuk yang lebih banyak lagi untuk menyuburkan tanah dan akan semakin parah jika kondisi tanah tidak segera dipulihkan.
Pupuk organik bisa menjadi solusi. Pupuk organik mengandung 13 nutrisi (makronutrien serta mikronutrien) yang dibutuhkan oleh tanaman, berbeda dengan pupuk kimia yang sering kali hanya terkandung makronutrien tertentu di dalamnya.
Selain kaya akan nutrisi makro dan mikro yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, pupuk organik juga mengandung mikroorganisme baik yang dapat melawan bakteri penyebab penyakit pada tanah. Mikroorganisme ini juga dapat membantu pelarutan nutrisi yang sukar larut, seperti fosfat, agar dapat diserap dengan mudah oleh tanaman.
Dengan menggunakan pupuk organik, tanah pun lebih sehat dan subur, lebih kebal terhadap serangan penyakit, serta tidak mudah mengalami erosi.
Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Membuat Pupuk Organik dari Sisa Makanan
1. Bahan yang diperlukan
Tidak hanya sisa makanan, pupuk organik juga memerlukan bahan lainnya yang bisa dibedakan menjadi bahan hijau dan bahan coklat.
Bahan coklat adalah bahan kering yang kaya akan karbon, seperti daun kering, daun, kertas bekas, serpihan kayu, ataupun sisa-sisa tanaman). Bahan coklat berfungsi untuk menambah bobot kompos serta membantu agar udara bisa lebih mudah masuk ke dalam kompos.
Bahan hijau adalah bahan basah yang kaya akan nitrogen, seperti sisa makanan. Bahan hijaulah yang akan menyediakan hampir seluruh nutrisi bagi kompos hingga proses fermentasi selesai.
Idealnya, pupuk terdiri dari 4 bagian bahan coklat dan 1 bagian bahan hijau (4:1). Bahan coklat dan hijau ini harus dalam perbandingan yang tepat. Jika tidak, tumpukan kompos tidak mengurai dengan cepat sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap.
Hindari memasukkan bahan-bahan yang mudah busuk, seperti sisa daging, lemak, ataupun tulang ke dalam kompos karena bisa menekan pertumbuhan bakteri aerobik dan menyebabkan kompos gagal terfermentasi.
2. Pentingnya Aerasi dan Kelembaban!
Tumpukan kompos tidak boleh dibiarkan terlalu padat. Untuk itu harus diaduk secara berkala agar udara (oksigen) masuk ke dalam kompos.
Mikroba pengurai dalam kompos membutuhkan oksigen untuk hidup. Pengadukan (aerasi) ini penting agar mikroba pengurai kompos memperoleh oksigen untuk mengubah bahan organik menjadi kompos.
Selain itu, aerasi juga bertujuan agar suhu kompos bisa meningkat sehingga laju penguraian kompos bisa lebih cepat.
Tumpukan kompos harus tetap dalam keadaan lembab, tidak boleh dibiarkan kering ataupun terlalu basah. Jika terlalu kering, proses penguraian akan berjalan lambat. Di sisi lain, jika terlalu basah, air akan menghambat pergerakan udara untuk aerasi.
3. Kompos Berbau Tidak Sedap
Kompos yang dibuat dengan komposisi yang tepat tidak akan mengeluarkan bau tidak sedap. Namun jika kompos mengeluarkan bau tidak sedap, tambahkan lebih banyak bahan coklat.
Jika kompos tidak terasa hangat atau panas saat dipegang, artinya kompos kekurangan bahan hijau. Tambahkan lagi bahan hijau ke dalam kompos dan aduk secara merata.
4. Ciri-ciri Pupuk Kompos yang Siap Digunakan
Proses penguraian kompos memakan waktu yang berbeda-beda, tergantung bahan dan kondisi. Ada yang terurai sempurna dalam waktu 20 hari, ada juga yang memakan waktu hingga 6 bulan.
Jika kompos menghitam, mudah hancur saat diremas, dan beraroma seperti tanah, itu artinya proses penguraian telah selesai dan pupuk organik pun siap digunakan.
Sumber: Sierra, Gardening Know How, EPA
Instagram: @hijausurya @hias.idn
Whatsapp: 0852 6201 8889
Shopee: https://shopee.co.id/hijausurya
Tokopedia: https://www.tokopedia.com/hijausurya
Youtube: https://www.youtube.com/@hijausurya
Facebook: https://www.facebook.com/hijausuryabiotechindo/
Tiktok: https://www.tiktok.com/@hijausurya
Website: https://product.hijausurya.com